Tampilkan postingan dengan label idiom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label idiom. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Maret 2016

Kereta Kosong

Seperti mengejar cerita baru, aku kembali mengejar kereta.
Oh ya, paskah hari itu. 
Jalanan sepi, begitu pula seisi kereta.
Kereta yang bisa diisi 100 orang tiap gerbong itu, hari ini terisi hanya 8 orang.
Ku kira ini termasuk sepi
Tapi ku teliti ulang
Ternyata ramai sekali.

Di udara, aku lihat berbagai cerita saling bertumbuk satu sama lain,
saling sikut mendapat area cukup untuk menguasai.
Tak satupun suara, namun banyak sekali cerita.

Di pojok kursi dekat pintu, duduk seorang bapak-bapak,
usia 37 tahun katakan saja.
Memandang keluar jendela yang sebenarnya tidak ada yang dilihat.
Ini dibawah tanah.
Ah, dia memutar kembali percakapan dengan kawannya semalam di irish bar.
Temannya malam itu mabuk, dan memaksanya ikut mabuk.
Lalu lengkungan senyum tanpa sadar dia buat di sudut bibir kanannya.

Arah jam 12 ku, seorang ayah berusia 43 tahun.
Tidak jelas apa yang ia perhatikan. 
Matanya kosong, tak berkedip sepersekian menit.
Lalu ku baca ceritanya.
Penyesalan.
Pagi itu ia memarahi jagoan kecilnya yang berusia 8 tahun.
Dan wanita yang sepertinya 3 tahun lebih muda terlihat kecewa padanya.
"Ini paskah!", katanya.
Lalu ia berkedip, dan memindahkan kedua bola matanya ke arah lain.
Tangannya mengusap keningnya.

Di belakang dua gelombang cerita yang berpautan itu, 
berdiri remaja pria usia 19 tahun yang sibuk menukar tombol demi tombol di ponselnya.
Kadang ia tersenyum geli.
Lalu ekspresinya hilang seiring dengan jemarinya yang bergerak.
Lalu tertawa senang melihat ke layar.
Dan ku lihat perempuan berambut karat di kuncir kuda.
Duduk di meja makan bersama keluarganya, tapi tangannya tak kalah sibuk dengan si remaja 20 tahun ini.
Flirting.

Stasiun pertama dilewati. 
Kali ini seorang nenek-nenek usia 68.
Membawa sekantung roti, dan tongkat.
Selangkah demi selangkah ia pijak untuk mencapai tempat duduk terdekat.
Kepulan asap mulai muncul di atas kepalanya dan membingkai cerita.
Anak-anak dan cucu-cucunya akan mengunjunginya siang ini.
Runtutuan skenario yang ia buat untuk hari ini.
Memanggang cup cake, menyiapkan cokelat, menata meja,
lalu.....
membersihkan jas demi jas yang berdebu milik suaminya yang telah lebih dulu meninggalkannya 3 tahun silam.
Dan cerita berganti.
Paskah 2012, di Heidelberg.
Di rumah anak tertuanya.
Ia merangkul lengan sang suami, berjalan beriringan bercerita.
Lalu cerita itu hilang.
Kembali ia membayangkan kedatangan cucu-cucunya yang suaranya bergemuruh mengisi ruangan.

Cerita-cerita lain juga mencari perhatian untuk mengikatku.
Lima cerita lain memenuhi tak kalah liar.
Kereta ini penuh sesak.
Tapi tak ada satupun yang bersuara.

Stasiun kedua dilewati.

Seorang bocah perempuan usia 6 tahun bersama ibunya masuk.
Suaranya mengisi kereta tanpa suara ini.
"Jadi seharusnya kita bisa sampai di rumah 10 menit lagi kan ma? Bobbi perlu makan!"
Katanya pada sang ibu, yang berusaha menjelaskan bahwa sang ayah pasti sudah memberi Bobbi (anjing peliharaannya) makan.
sedetik suaranya mengisi ruangan, kepulan asap cerita yang mengisi gerbong kereta tadi hilang.
Mata yang tak berkedip, kini berkedip normal.
Mata yang memandang ke kegelapan, kini mencari sosok sumber suara nyaring itu.
Mata yang terjebak pada monitor, kini lebih leluasa.
Dan mata yang mengais kenangan indah 4 tahun silam, kini lebih bersinar menanti kehadiran malaikat-malaikat kecil.

Dan aku pun turun dari kereta.


Minggu, 16 Maret 2014

Dimension

Where do we live?
Is this right is this wrong?
Is this hurting is this comforting?
Where do we live?
Are we standing in the right line?
In the same line?
Where do we live?
I am breathing, aren't I?
Are you?
Is it Oxygen, Nitrogen?
Where do we live?
On earth? on my world on your world?
Can you prove it?
Can I?
Where do we live?
Where is tree? Where is water?
Where is butterfly where is lion?
Where do we live?
What is future what is past?
Is it good is it bad?
Which one should we keep?
Where do we live?
Wrong answer or brilliant?
Where do we live?
Book is it? Song is it?
Where do we live?
How is your voice how is mine?
Who are you who am I?
Shall we speak?
What to say?
Where do we live?
Is it dark is it shiny?
Is it red is it blue?
Why is everything blurring?
Where do we live?
No.
We don't live.
We are just two things who watching, thinking, wondering, pretending, observing, and hoping people.
We are only dimensions.

Stop questioning everything.

Rabu, 16 Oktober 2013

Ketika dimusikkan

Musikalisasi puisi pertama dari Rara, dengan backsound: a moment in heaven.

Maaf masih kasar, baru belajar :D

ini diaaa linknyaaaa:
https://soundcloud.com/rarafatima/meneguk-kopi

Minggu, 29 September 2013

Kontradiksi

Sewaktu aku menangis, mungkin aku lupa bagiamana mengingat sulitnya hidup dijalanan.

Sewaktu aku mengeluh, mungkin aku lupa bahwa berjuang lebih masuk akal daripada sekedar mengeluh.

Sewaktu aku merasa kosong, mungkin aku lupa untuk bertasbih.

Sewaktu aku terlalu larut dalam syair lagu yang bersenandung ditelingaku, mungkin aku lupa kalau ayat suci jauh lebih bisa menenangkan.

Sewaktu aku ingin sekali terhadap sesuatu, mungkin aku lupa bahwa itu bukan yang aku butuhkan.

Sewaktu aku mencari seseorang untuk bicara, mungkin aku lupa bahwa Tuhan tanpa dicaripun akan ada untukku.

Sewaktu aku terlalu sedih, mungkin aku lupa bagaimana cara bersyukur.

Sewaktu aku bertanya 'kenapa', mungkin aku lupa untuk mengingat 'karena'.

Sewaktu aku terlalu bahagia atas dunia, mungkin aku lupa bahwa akhirat akan lebih lama.

Sewaktu aku lelah, mungkin aku lupa bahwa hasil itu akan manis.

Sewaktu aku terlalu sibuk, mungkin aku lupa bahwa semua itu hanya selingan.

Sewaktu aku bangga karena sesuatu, mungkin aku lupa bahwa itu bukan milikku.

Sewaktu aku ingat orang yang aku sayang, mungkin aku lupa bahwa mereka suatu saat harus pergi.

Sewaktu aku meminta, mungkin aku lupa kalau memberi itu sangat menyenangkan.

Sewaktu aku bersenandung, mungkin aku lupa ada kitab suci yang harus kunyanyikan.

Sewaktu aku kesepian, mungkin aku lupa betapa banyak orang-orang disekeliling yang menyayangiku.

Sewaktu aku marah, mungkin aku lupa berapa kali membuat orang lain marah.

Sewaktu aku hidup ini, jelas sekali aku sering lupa bahwa aku akan mati.

Sewaktu aku mengingat semua ini, aku sadar, banyak sekali hal-hal yang aku lupakan..

Janggal

Jakarta pada tanggal 29 September 2013.

Minggu. Apa yang terlintas dari aku terhadap hari minggu?
Enjoy, kartun, bersama orangtua, berada dirumah, baca buku bagus dikamar.

Itu yang terlintas. Hanya terlintas, tidak bisa diwujudkan hari ini.

Itu rutinitasku, sebelum semua berubah setelah aku pergi ke Surabaya per tahun 2008 silam.

Minggu ini.
Tidak ada enjoy, tidak ada kartun, tidakbersama orangtua, dan tidak ada buku bagus. Hanya berada dirumah, memang, dengan beberapa tumpukan soal dan buku pelajaran.
Minggu ini yang terjadi adalah aku bangun, dengan tabungan tidurku yang entah sudah keberapa hari sangat sedikit.
Bangun dengan perasaan aneh. Aneh sekali.

Aku rindu terhadap dua nama. Entahlah, tapi ini benar-benar rasa rindu.
Awalnya kupikir, rindu ini hanya akan beberapa saat saja. Paling dalam waktu 5 menit atau paling parah 1 jam rasa rindu ini akan hilang.

Nyatanya tidak. Sejak aku bangun hingga sekarang, aku masih terjebak dalam perasaan ini.

Aneh memang. Aku merindukan dua nama yang bahkan aku belum pernah bertemu dengannya sejak aku lahir. Aku tidak tau wujudnya seperti apa. Aku bahkan sadar betul, bahwa mungkin aku tidak akan pernah bertemu mereka. Mungkin.

Tapi aku benar-benar merindukan mereka. Aku ragu, aku bisa bertemu. Mungkin dua nama itu tidak akan benar-benar ada. Kalaupun ada, mungkin tidak dalam satu kesatuan. Tidak seperti dua nama yang aku rindukan sejak aku bangun tidur pagi ini.

Aku rindu mereka. Mungkin aku harus menuliskan tentang mereka lagi di blog ini. Hanya sekedar berhalusinasi ringan, bahwa mereka akan hidup, setikdanya dalam angan aku.

Aku rindu kalian, 
Rinjani Bujur Timur, 
Birawa Samudra Biru.

Kamis, 05 September 2013

spirit carries on

This night, 5th Sept. 2013.
I'm in my bed, my own room, raining outside.
I feel warm, safe.
This quiet is so peacefully.

Until those things pop-up again and again in my head.
arrrgh. How can I avoid them!
I hate when people ask me about that mentioning stuff.
I hate when I can't answer them.

I'm on my struggling days. very hard days.
Support from everyone, is all I want.
LoA is all I need.

Sometimes, I feel that giving up is the right choice.
Maybe I can work, that's not really hard to get than this school-and-scholarship-hunting.

But

The day when I realized, what do I want the most, what is my dream since I was a kid, my ardor's back.

SO, NO MATTER WHAT THE-BLOODY-HELL HAPPENS NOW, I NEVER SAY GIVE UP!
I BELIEVE ALL THE BEST PEOPLE ARE, SO I BELIVE THAT I CAN DO MY BEST TILL I GET THE BEST.

Kamis, 29 Agustus 2013

Listen

Don't share anything with me if you never let me in.
Just show me nothing so I won't stare at you.
As simple as white paper

I am rain and you are sun.
Yes baby, indeed.

Too cold to be warm.

Darling, can you feel it?
Just try to confess that you feel what i feel
Don't lie, darling.
I can see it even without my eyes.
So why do you still hide it?

I am rain. baby.
I could wash dust on your road, but I wouldn't.
Do it.
Once again, I wouldn't.

Honey, honey,
can you see me now?
I am standing alone here.
Alone.
Too strong to be faded.
I'm okay. I'm alright. I'm happy.
It is perfect.

Just don't come

Selasa, 27 Agustus 2013

suara anak pemimpi

Dunia yang luas ini dipersempit oleh mereka, demi dapat menjamah segalanya.
Dunia yang dilukisnya mereka sendiri. Warna-warna keindahan yang hanya mereka yang melihat.

Ditebarnya lautan pasir, untuk dibangun menjadi kerajaan yang hanya mereka yang menguasai.
Dibentangkannya kapas putih, agar terangnya langit terbias memijar.

Nyanyian dikumandangkan, hanya mereka yang dengar. 
Kata-kata sejarah yang hanya mereka yang dapat membacanya.
Impian, desir mimpi, khayalan, kini tanpa sadar ada didepan mata menjadi nyata.
Duduk diam bahagia, berlari dengan semangat, berjalan dengan tenang.
Mereka sendiri yang ciptakan, bukan oranglain.
Bukan siapa-siapa.
Mereka menamakan itu, dunia mereka.

Dunia yang hanya mereka yang tau

Kamis, 15 Agustus 2013

Secarik peringatan

Kayu jati berjajar di kiri dan kanan, kokoh memadukan sebaris cahaya emas. Kaki-kaki lemah berjalan beriringan, ada yang semangat, ada yang santai, ada yang terlalu lelah. Mereka berjalan menelusuri jajaran kuat jati. 

Kasar. Kata itu yang dapat menggambarkan situasinya. Diantara pilihan yang ada, mereka memilih membulatkan tekad untuk terus berjalan. Meski dengan kesakitan, dan segala amarah. Tidak saling percaya, memang. Berjalan beriringan, tanpa bicara satu sama lain. Beberapa kali salah satunya tersandung, ada yang menendang kerikil hanya untuk menghapus bosan. 

Jati pun tak berdaun. Tidak ada yang bisa digugurkan. Rautnya lemah, tapi tubuhnya kuat. Berbeda jauh dari para pejalan. Gambaran apa ini?

Ah, lupakan.

Ingat saja tekad utama. Sampai dengan selamat, tiada kurang tiada rugi. Agar semua senang. Tapi tunggu, apa itu cukup? Tidak. Ada yang salah. 

Si pemilik kaki semangat menunjukkan antusiasnya. Energinya seperti bintang jatuh, semakin mendekati target, semakin cepat dan terbakar. Angkasa senang memerhatikannya. Tapi untuk apa?
Lain halnya dengan si pemilik kaki santai. Ia menikmati setiap liku, tanjakan, turunan yang ia hadapi. Ia nyanyikan deruan ombak, ia jadikan jalan tersebut panggung kehidupan. Ia seperti pendongeng. Siapapun yang mendengarnya, akan jatuh hati. Tapi siapa yang tau apa yang sebenarnya dihatinya?
Dan si kaki lelah. Berkali-kali ia katakan ia ingin mundur. Banyak jalan untuk putar balik, katanya. Tapi tidak ada yang mempedulikannya. Berbagai umpatan ia lontarkan, berbagai kekesalan ia tuang. Bising sekali. Semua berusaha menutup kuping untuk tidak mendengarnya. Tidak peduli. Tapi ia jujur, lalu bagaimana?

Ketiganya beriringan. Ketiganya berdampingan. Memiliki tujuan yang sama. Tapi tidak tau, untuk apa tujuan itu harus dicapai? Demi tontonan? Demi menyenangkan para pemerhati? Mereka tak sepemikiran. 

Mimpi itu hilang dan yang tersisa hanya kewajiban. Menjalani yang telah tertulis, bertapa dibawah penyesalan. Sampai kapan? Mungkin sampai mereka menemui pertigaan yang sesuai untuk mereka sendiri, dan sadar bahwa berpisah adalah kebenaran. 

Ah, hidup. Betapa sulit diartikan tapi begitu munafik untuk tidak dipikirkan. Memaksakan sesuatu seolah itu baik tapi fana. Tipu daya, keangkuhan, kebodohan, dijadikannya kebanggaan. 

Apa yang kamu baca, apa yang kamu dengar, jangan anggap semua seperti kamu, dan jangan anggap semua bukan kamu. Tapi hak kamu untuk mengasumsikan sebagai apa kamu sebenarnya.

Hanya saja, jangan terlalu percaya. Ingat bahwa Maha Besar Allah membolak-balikkan hati manusia..


Rarafatima

Rabu, 05 Juni 2013

Meneguk Kopi

Hai sore, hai cahaya senja, hai angin sepoi-sepoi..

Bagi kamu yang ingin membaca tulisan kali ini, saya minta kalian tidak keberatan untuk sambil mendengarkan lagu Payung Teduh, Berdua Saja.. Setelah di buffer, silakan putar, dengarkan, bacakan, dan rasakan..

link:
payung teduh - berdua saja

*sepenggal lirik Berdua Saja, oleh Payung Teduh*
"Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata ketika kita berdua.. 
Hanya aku yang bisa bertanya, mungkinkah kau tahu jawabnya...?"

Meneguk Kopi

Sore hadir menggantikan sibuknya pagi,
teriknya siang,
dan mengantarkan matahari kepada pekatnya malam.


Aku memandang keluar jendela yang sengaja ku buka.

Memandang langit keemasan, menonton tarian daun diujung ranting-ranting yang menggenggam.
Mendengarkan nyanyian sunyi angin
Segenggam desir pembangkit khayal..

Tapi aku berpikir...

"Ada yang kurang.."

Maka aku terduduk.

"Ya, dimana secangkir kopi? Sang kekasih sore itu?"

Ah, kopi lagi..

Kuputuskan untuk membuatnya.
Menggantikanmu yang tak mungkin hadir.


Secangkir kopi.

Hanya satu cangkir, cukup.
Seperti hanya perlu satu kamu.

kamu seperti secangkir kopi
Banyak rasa ditiap teguknya.

Tentu saja, tidak bisa terlalu banyak, karena akan membuat jantungku berdebar.
Seperti jika aku terlalu lama bersamamu.
Tapi tidak bisa tidak kuteguk.
Seperti aku yang tidak bisa tidak melihatmu.


Kopi...

Tiap indra menangkapnya.
Aromanya mengusik hidung.

Tegukkan pertama, pahit. Ya, memang.
Maka jangan langsung ditelan.
Rasakan dulu sementara dalam mulut.


Tak beda dengan pertemuan kita dulu.

Pertama kali pahit. Sangat pahit. 
Tapi setelah waktu memperlama pertemuan itu, ternyata ada rasa manis didalamnya. 


Karena sesendok gula dalam kopi itu mulai terasa. Secangkir kopi.
Sesederhana itu.

Mata ini pekat melihatnya.
Sepekat pertama kali sedih karenamu.

"Bagaimana jika kutuangkan susu?"

Ya, susu sempurna.
Harum gurihnya memadukan kesempurnaan.


Aku-jatuh-hati.

Aku jatuh hati.

Seperti susu yang terjatuh dalam larutan hitam kopi.

Kecewa?
Tidak..

Toh susu dapat membuat kepekatan kopi berkurang.
Memberikan rasa baru, meskipun jelas, tidak semua orang menyuakinya.

Ah, lalu kenapa??

Sudahlah, 
kopi ini telah jadi.

Tak terasa langit sore kian menjadi emas.


Selamat menikmati sore.

Kini aku siap mengantarkan kepergian sore,
untuk menjemput malam.

Dengan secangkir kopi, sesendok gula, dan susu.

(from We Heart It)


Selamat tinggal
:)


Rarafatima
@magicalofrara

Jumat, 05 April 2013

eine Frage für dich

Setiap nafas memiliki kesempatan untuk memilih. 
Nadi yang masih berdenyut selalu memiliki hak untuk menentukan. 
Tapi untuk menentukan segalanya, tidaklah mudah. 
Beberapa dihadapkan dengan problematika yang tidak sesederhana itu.

Kini izinkan aku untuk bertanya kepada kamu. Iya, kamu. Apakah kamu jatuh cinta? 

Benarkah iya?
Semudah itu kah kamu memilih untuk mengatakan itu cinta? Memang seperti apa rasanya? Tiap waktu teringat bayangan dia yang kau puja, lantas kau sebut itu cinta? Kamu ingin melihatnya, dekat dengannya, dan kamu mengatakan itu sebuah cinta? Kamu jatuh ke dalamnya?

"Bukan hanya itu, aku juga takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku tidak bisa melihatnya sedih. Aku tidak bisa tanpa dia."

Berapa lama itu teradi? Apakah lama? Dua tahun? Pernahkah kamu kehilangan dia sampai kamu bisa berkata demikian? Jika belum, rasakan dulu, baru kamu bisa putuskan.

Kamu menjawab tidak?
Seberani itu kah dirimu untuk menolak cinta? Lalu bagaimana dia yang selalu ada untuk kamu? Selalu bersedia mendengarkan segala keluh kesahmu meski dia tidak menginginkanmu? Benarkah pilihanmu untuk mengatakan 'tidak' adalah sebuah keberanian? Ataukah penolakan itu merupakan wujud ketakutanmu untuk menghadapi kenyataan? Kenyataan bahwa, sesungguhnya perasaanmu sudah terjadi sangat lama. Seberapa besar ia ada untukmu, dan sebesar itulah ia menggerogoti pikiranmu karena dia bukan milikmu.

Haha, ini merupakan sebuah propaganda perasaan. Mempropagandakan segala macam kenangan yang pernah kamu rasakan. Pahit, manis, atau terlalu pahit dan manis pada saat yang bersamaan. Ini semua membuatmu ragu untuk memutuskan. Semua sangat buram untuk dijawab. Terlalu singkat, namun besar juga ketakutan yang kamu rasakan. 

Aku bukan ahli cinta, aku juga tidak terlalu pintar berlogika. Aku hanya bisa berpendapat serta menilai. Aku hanya bisa menyimak tiap kejadian yang dialami oleh orang-orang terdekatku, melihat jalan cerita mereka, mengumpulkan fakta, bahwa banyak mereka akhirnya beranjak meninggalkan sesuatu yang dulu mereka sebut 'cinta' (namun ternyata bukan cinta). Dan menangisi tiap cerita orang terdekatku, yang memiliki liku tak sedikit, terlalu banyak persimpangan, namun perasaannya tetap teguh pada satu walau tak terbalas. Yang dulu mereka katakan itu bukan cinta, namun ternyata, perasaan itu hingga kini ada dan baru sekarang mereka menyadari, dan terlambat. 

Tidak ada kepastian dalam kamus hidup. Tapi semua ada kemungkinan. Sesulit apapun jalanmu. Setebal apapun novel kisah hidup kamu. Semua tidak menutup kemungkinan apa yang kamu cintai, benar-benar menjadi cintamu.

Dan itu, hanya kamu yang memutuskan. 
Nafasmu, nadimu, penyesalanmu, bahagiamu, pilihanmu.

There is a love, there is a will. And if there is a will, so there is a way.

Rabu, 06 Maret 2013

Tentang Dia

Dia yang kamu pilih, bahagia atau sedih, indah atau buruk, menyenangkan atau mengharukan, semua kamu yang memutuskan.
Dia yang tak tersentuh. Tak dapat juga orang lain menggapai. bahkan kamu sendiri tak bisa menyentuhnya (lagi). 
Dia yang bisa membuatmu menangis, menangis karena terharu, atau menangis karena luka.
Dia yang mampu membuatmu menjerit dalam diam, tertawa tanpa suara.
Dia satu-satunya milikmu seutuhnya, tanpa direnggut oleh orang lain, tanpa terjamah tangan lain. 
Kamu tidak bisa membinasakannya. 
Karena dia akan selalu ada. 
Seberapa kuat kau mencoba.

Dia memelukmu dalam sadar, dia bernyanyi ketika kau mimpi, bahkan dia pun dapat menikammu dalam lamunan.
Kamu tak punya pilihan lain. Kamu hidup didalamnya. 
Kamu hanya mampu beromong-kosong tentangnya.

Tapi, seberapa sering kamu berdoa untuknya, dia tidak akan 'ada'. Kamu berdoa untuknya, tanpa sekalipun dia berdoa untuk melupakanmu. 
Sebesar apapun kamu merindunya, dia tidak akan 'datang' dengan kondisi yang sama seperti pertama kali.

Dia

Yang tak pernah pergi, tapi tak pernah kembali.
Seperti yang kubilang tadi. Kamu tak dapat menggenggamnya, sebesar apapun rindumu padanya. 
Kamu hanya memiliki pilihan, yaitu mengalihkan, atau tenggelam.
Namun sekali lagi, pilihan jarang ada yang mudah untuk diputuskan. 

Kamu tak dapat melihatnya, tapi dia selalu memperhatikanmu. Menunggu saat-saat terbaik untuk kembali mengusik emosimu.
Seringkali kamu tersadar untuk beranjak, seringkali kamu mengatakan "tidak ada", atau "lupa". 
Tanpa kamu sadar atau tidak sadar, kamu selalu bersamanya. Kemanapun kamu pergi.

Dia, yang tak akan rela melepaskanmu. 
Bukan karena sayang, cinta, atau suka. 
Bukan pula karena kesetiaan.
Tapi karena itulah tugasnya.
Dia, yang akan mengikuti kemana, dengan siapa, kapan engkau akan pergi. 
Ini sebuah konsekuensi yang kamu terima ketika kamu memutuskan untuk memilih dia.



Dia yang bernama kenangan...

Minggu, 10 Februari 2013

suratku

Apa yang sedang aku lihat? 
Putihkah, hitamkah, abu-abu kah?
Benarkah? Salahkah? Atau keduanyakah?
Siapa yang menjawabnya kalau bukan otakku sendiri?

Hati tak punya andil dalam ini
Otak yang harus bekerja

Namun usahaku sia-sia
Sang hati seolah tak bisa tinggal diam
Meracuni pikiran

Senang kah ini? Atau emosi?
Mengapa menentukan ini saja sangat sulit?
Bukankah ini andilmu, Hati?
Kamu terlalu lama merasuki pikiran dan meninggalkan tugasmu
Aku lumpuh
Lebih lelah daripada berlari
Namun kedinginan
Lebih sesak daripada tenggelam
Namun tetap hidup

Ketika aku ada, tak ada yang melihat
Ketika aku berpura-pura tak ada, semuapun begitu
Ketika aku menghilang, kumohon, berpura-puralah mencariku

Salam, aku

Tameng

Yang tidak pernah menangis
Mata yang berbicara

Hati yang tegar
Mulut bungkam

Bicara, tak terdengar
Teriak, tak bersuara
Menangis, tak terlihat
Tertawa, itu yang orang tau

Palsu
Palsu
Palsu
Bukan siapa-siapa
Hanya topeng yang terus menjadi tameng
Tak perlu orang tau
Hanya segaris layar putih yang tersenyum
Membelai ikhlas

Mengerti siapa dibalik topeng

Senyum ini, adalah kekuatan
:)

Yang Tidak Akan Terdengar

Halo, disini hati yang sedang berbicara
Hati yang berdiri tak bergeming

Halo dunia fana
Mengapa kau begitu mempesona
Sehingga merabunkan aku

Halo nyanyian sendu
Mengapa kau mengalun indah
Sehingga membuatku tuli

Halo hati yang lain
Mengapa kau ada
Sehingga hati harus berpasang

Tak bisakah hidup sendiri
Tanpa perlu mencari kunci yang tepat

Sabtu, 16 Juni 2012

♥ HUJAN ♥

Rain is falling when (s)he was needed. (S)he called the souls who missed, listen to every cry which can't be heard, holding  hand which never been touched. (S)he makes their own memories and gives a happiness for all people who want it.

love just like a tree to the wind. love just like a wind the rain. rain just like.... a love.


"hanya orang-orang tertentu yang bisa mendengar nyanyian rindu yang dimainkan begitu saja oleh hujan." -dwitasari
Tumblr_m4nqhia1wd1qdu9b3o1_1280_large
Hujan, tidak semua orang dapat menikmatinya. Tidak semua orang bisa tersenyum oleh badainya. Tapi aku bisa. Dan aku selalu menikmatinya. Semua, semua terlihat lebih terang dan lebih jelas setelah kau datang. Semua menjadi lebih tenang setelah kau tiba. Meski hanya sekejap, itu cukup melepasku dari gelisah menunggumu.

For me, there's no "endless rain". I've been waiting for you, rain.. 

Jumat, 08 Juli 2011

Wahai kamu
Taukah kamu?
Bahwa aku
begini....

??

cinta
aku mencintaimu, sebelum dia mengenal kamu 
dia mencintaimu, ketika aku mencintai kamu
dia memilikimu, ketika aku (masih) mencintai kamu

Wahai kamu
Taukah kamu?
Bahwa aku
(masih) begini...

cinta
apakah dia mencintaimu?
hey, dengarlah, aku juga!
dia berhenti mencintaimu?
tolong dengarkan aku, aku tidak!
apakah dia meninggalkanmu?
kali ini percayalah padaku, aku tidak-akan!
dan apakah dia kembali mencintaimu?
apa kau tau, aku bahkan tidak pernah 'kembali' mencintaimu
karena aku 'selalu' mencintaimu!
apa dia berusaha kembali mengejarmu?
kumohon, aku tidak akan membiarkannya!

tapi..
ketika isi hatimu hanyalah dia,
percayalah padaku...
pergilah bersamanya, sampai kapanpun kamu mau...
karena aku..
hanya mencintaimu.
hanya (ingin) mencintaimu
bukan (ingin) memilikimu

tidak...

pertanda, Aku

Sabtu, 23 Oktober 2010

i found myself in wonderland :)

kehidupan..
apasih yang kita bayangkan tentang kehidupan ini?

ahh, aku udah jengah sama kebohongan2 kehidupan.
jika ada pilihan mau hidup di kehidupan ini atau dongeng, pasti aku milih dongeng.
disana mau bergaya aneh juga ga ada yang usrek-usrek ngomongin dibelakang, seunik apapun orang diterima dengan ramah,ga ada orang ngomong "ih, apaan sih itu orang gayanya" atau "aduh, orang itu aneh banget sih".
disana kedamaian sesungguhnya benar-benar nyata. disana keramahtamahan bukan hal yang dicari, karena hal itu sudah biasa. disana penuh tawa, bukan penuh cemoohan.


sedangkan didunia? yaah, dunia ini fana.
jangan berharap kamu mau berpenampilan berbeda, karena pasti kamu bakal jadi bahan omongan. jangan sampai kamu memakai sesuatu yang unik kalau kamu tdk cantik atau ganteng, karena kamu bakal jadi bahan cemoohan. jangan sampai kamu jadi kaum minor, karena suaramu cuman dianggap angin.
 kamu mau mencari kedamaian? disini bukan tempatnya. disini cuman ada persaingan, yang kalah akan diinjak2, yang menang akan tertawa dengan perut buncit. kamu ingin mencari keramahtamahan? ya, disinilah tempatnya. tapi ingat, keramahtamahan yang kamu dapatkan disini berbeda dengan di dongeng. Jika dongeng memberimu senyuman manis yangtulus, disini seringkali kamu akan mendapatkan senyuman dan keramahtamahan PALSU. jika kamu dibutuhkan, orang tersebut akan memberimu senyuman luarbiasa hangat, seolah kamu adalah teman karibnya, namun jika kamu tidak dibutuhkan, bisa saja kamu bahkan dianggap batu. Dia lewat didepanmu, kamupun tak dilihat.
inilah hidup. bukan tempatnya bersenang-senang. ini adalah tempatnya bersusah-payah mencari apa yang kamu harapkan. kamu lalai sedikit, kamu akan gagal.

namun jika ada pilihan ingin hidup didongen atau di realita, pasti semua orang akan memilih hidup di dongeng. jadi ya sama saja, cerita dongeng akan rusak sama halnya dengan kehidupan karena diisi dengan orang-orang yang sama.

Karena dongeng tidak mungkin ada, dan hidup sudah pasti harus dijalani, yasudah, dijalankan saja dengan lapang dada.. tempat terindah hanya 1, yaitu surga.. jika kita telah mendapatkannya, tidak ada lagi cerita dongeng yang ingin kita datangi.
jika dikehidupan kita menemukan sesuatu yang menyenangkan, itu adalah cara Tuhan mengingatkan kita akan syukur kita kepada-Nya. kita diingatkan oleh Tuhan seolah Tuhan berkata bahwa tempat indah ini hanya sebentar, jika kamu ingin berlama2 ditempat yang seindah ini, maka lakukanlah apa yang Tuhan perintahkan, maka kamu akan mendapatkan surga yang seutuhnya...


:)