Rabu, 05 Juni 2013

Meneguk Kopi

Hai sore, hai cahaya senja, hai angin sepoi-sepoi..

Bagi kamu yang ingin membaca tulisan kali ini, saya minta kalian tidak keberatan untuk sambil mendengarkan lagu Payung Teduh, Berdua Saja.. Setelah di buffer, silakan putar, dengarkan, bacakan, dan rasakan..

link:
payung teduh - berdua saja

*sepenggal lirik Berdua Saja, oleh Payung Teduh*
"Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata ketika kita berdua.. 
Hanya aku yang bisa bertanya, mungkinkah kau tahu jawabnya...?"

Meneguk Kopi

Sore hadir menggantikan sibuknya pagi,
teriknya siang,
dan mengantarkan matahari kepada pekatnya malam.


Aku memandang keluar jendela yang sengaja ku buka.

Memandang langit keemasan, menonton tarian daun diujung ranting-ranting yang menggenggam.
Mendengarkan nyanyian sunyi angin
Segenggam desir pembangkit khayal..

Tapi aku berpikir...

"Ada yang kurang.."

Maka aku terduduk.

"Ya, dimana secangkir kopi? Sang kekasih sore itu?"

Ah, kopi lagi..

Kuputuskan untuk membuatnya.
Menggantikanmu yang tak mungkin hadir.


Secangkir kopi.

Hanya satu cangkir, cukup.
Seperti hanya perlu satu kamu.

kamu seperti secangkir kopi
Banyak rasa ditiap teguknya.

Tentu saja, tidak bisa terlalu banyak, karena akan membuat jantungku berdebar.
Seperti jika aku terlalu lama bersamamu.
Tapi tidak bisa tidak kuteguk.
Seperti aku yang tidak bisa tidak melihatmu.


Kopi...

Tiap indra menangkapnya.
Aromanya mengusik hidung.

Tegukkan pertama, pahit. Ya, memang.
Maka jangan langsung ditelan.
Rasakan dulu sementara dalam mulut.


Tak beda dengan pertemuan kita dulu.

Pertama kali pahit. Sangat pahit. 
Tapi setelah waktu memperlama pertemuan itu, ternyata ada rasa manis didalamnya. 


Karena sesendok gula dalam kopi itu mulai terasa. Secangkir kopi.
Sesederhana itu.

Mata ini pekat melihatnya.
Sepekat pertama kali sedih karenamu.

"Bagaimana jika kutuangkan susu?"

Ya, susu sempurna.
Harum gurihnya memadukan kesempurnaan.


Aku-jatuh-hati.

Aku jatuh hati.

Seperti susu yang terjatuh dalam larutan hitam kopi.

Kecewa?
Tidak..

Toh susu dapat membuat kepekatan kopi berkurang.
Memberikan rasa baru, meskipun jelas, tidak semua orang menyuakinya.

Ah, lalu kenapa??

Sudahlah, 
kopi ini telah jadi.

Tak terasa langit sore kian menjadi emas.


Selamat menikmati sore.

Kini aku siap mengantarkan kepergian sore,
untuk menjemput malam.

Dengan secangkir kopi, sesendok gula, dan susu.

(from We Heart It)


Selamat tinggal
:)


Rarafatima
@magicalofrara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar