Jumat, 05 April 2013

eine Frage für dich

Setiap nafas memiliki kesempatan untuk memilih. 
Nadi yang masih berdenyut selalu memiliki hak untuk menentukan. 
Tapi untuk menentukan segalanya, tidaklah mudah. 
Beberapa dihadapkan dengan problematika yang tidak sesederhana itu.

Kini izinkan aku untuk bertanya kepada kamu. Iya, kamu. Apakah kamu jatuh cinta? 

Benarkah iya?
Semudah itu kah kamu memilih untuk mengatakan itu cinta? Memang seperti apa rasanya? Tiap waktu teringat bayangan dia yang kau puja, lantas kau sebut itu cinta? Kamu ingin melihatnya, dekat dengannya, dan kamu mengatakan itu sebuah cinta? Kamu jatuh ke dalamnya?

"Bukan hanya itu, aku juga takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku tidak bisa melihatnya sedih. Aku tidak bisa tanpa dia."

Berapa lama itu teradi? Apakah lama? Dua tahun? Pernahkah kamu kehilangan dia sampai kamu bisa berkata demikian? Jika belum, rasakan dulu, baru kamu bisa putuskan.

Kamu menjawab tidak?
Seberani itu kah dirimu untuk menolak cinta? Lalu bagaimana dia yang selalu ada untuk kamu? Selalu bersedia mendengarkan segala keluh kesahmu meski dia tidak menginginkanmu? Benarkah pilihanmu untuk mengatakan 'tidak' adalah sebuah keberanian? Ataukah penolakan itu merupakan wujud ketakutanmu untuk menghadapi kenyataan? Kenyataan bahwa, sesungguhnya perasaanmu sudah terjadi sangat lama. Seberapa besar ia ada untukmu, dan sebesar itulah ia menggerogoti pikiranmu karena dia bukan milikmu.

Haha, ini merupakan sebuah propaganda perasaan. Mempropagandakan segala macam kenangan yang pernah kamu rasakan. Pahit, manis, atau terlalu pahit dan manis pada saat yang bersamaan. Ini semua membuatmu ragu untuk memutuskan. Semua sangat buram untuk dijawab. Terlalu singkat, namun besar juga ketakutan yang kamu rasakan. 

Aku bukan ahli cinta, aku juga tidak terlalu pintar berlogika. Aku hanya bisa berpendapat serta menilai. Aku hanya bisa menyimak tiap kejadian yang dialami oleh orang-orang terdekatku, melihat jalan cerita mereka, mengumpulkan fakta, bahwa banyak mereka akhirnya beranjak meninggalkan sesuatu yang dulu mereka sebut 'cinta' (namun ternyata bukan cinta). Dan menangisi tiap cerita orang terdekatku, yang memiliki liku tak sedikit, terlalu banyak persimpangan, namun perasaannya tetap teguh pada satu walau tak terbalas. Yang dulu mereka katakan itu bukan cinta, namun ternyata, perasaan itu hingga kini ada dan baru sekarang mereka menyadari, dan terlambat. 

Tidak ada kepastian dalam kamus hidup. Tapi semua ada kemungkinan. Sesulit apapun jalanmu. Setebal apapun novel kisah hidup kamu. Semua tidak menutup kemungkinan apa yang kamu cintai, benar-benar menjadi cintamu.

Dan itu, hanya kamu yang memutuskan. 
Nafasmu, nadimu, penyesalanmu, bahagiamu, pilihanmu.

There is a love, there is a will. And if there is a will, so there is a way.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar