Selasa, 07 Oktober 2014

Waktu Lelahmu Terbayarkan

Nulis tentang traveling, jalan-jalan, backpack, dan sebagainya, gue alhamdulillah udah ngerasain sejak gue bayi, mungkin. Gue udah sering bepergian dan traveling bahkan sebelum traveling booming kayak sekarang. Gue menyebrangi pulau yang pada saat itu belum banyak orang tau. Gue menikmati setiap pengalaman gue ke tempat-tempat manapun ketika yang lain masih sibuk asik dengan foto makanan dan kuliner. 

Yup, gue dibesarkan dari seorang ayah yang selalu menyebut dirinya sebagai Pemulung dan Pedagang ketika ditanya. Kenapa? Karena bokap gue bekerja dengan 'mengais' rejeki di daerah-daerah lain yang nun jauh terpencil di Indonesia, dan 'menjual cahaya' dari energi terbarukan jauh sebelum pemerintah kita terhormat berpikir bahwa persediaan minyak kita menipis tiap tahunnya.

Oke, kembali ke topik.

Karena itulah, sejak gue TK (atau mungkin sebelum TK) gue sering ikut orangtua gue untuk keluar kota karena pekerjaan bokap. Dan pengalaman tak terlupakan gue adalah ketika gue dikasih kesempatan ngeliat pantai terindah yang pernah gue datengin selama gue hidup di suatu sudut daerah di Nusa Tenggara Barat.

Senggigi

:)

Waktu itu, sungguh, Senggigi bukan wisata yang banyak dibicarakan. Dan gue kesana udah berkali-kali waktu gue kecil. Jangankan Senggigi, ketika orang nanya (waktu gue SD) "Rara habis darimana kok ga masuk Sekolah?" Lalu gue jawab "Lombok, bu.", banyak dari mereka yang gatau Lombok itu dimana.

Dan dalam post ini, gue akan mencampur adukkan semua pengalaman gue menuju pantai cantik bagai surga itu. Gue pernah kesana dengan kendaraan publik, kalo ga salah waktu gue TK. Itu panasnya bukan main, gersang, jalan berbatu-batu. Disana kami naik angkot warna kuning (INI INGET BANGET) tengah hari bolong, panas. Jalannya terpaksa lambat ya karena tadi, emang medannya berbatu-batu (pada waktu itu).

Dan satu yang gue inget adalah ketika gue ke Lombok dengan mobil pribadi, dan mobil gue VW. Nah gue lupa, yang kombi apa yang kodok. Jangan ditanya gimana rasanya ya, selain karena lupa-lupa inget, yang jelas ga pake AC, bisa dipastikan gue nanya mulu sepanjang perjalanan 'berapa lama lagi? berapa lama lagi?'. Waktu tiba di Lombok, kami melanjutkan perjalanan panas terik itu menuju ke Senggigi. Waktu pantai belom seberapa keliatan, gue tiduran di bangku belakang untuk mencegah mabok darat karena jalan yang belok-belok. Kami harus naik turun tebing (gatau dah nyebutnya tebing batu apa bukit batu) selama perjalanan. Sekitar 1 jam 30 menit, gue yang udah mulai semaput-semaput di suruh duduk sama nyokap gue.

Dengan males gue bangun dan ngatur posisi nyaman sambil duduk, dan nyokap gue excited banget ngasitau, "Ra, liat kiri! Udah mulai pantai!"

Gue langsung setengah berlutut di kursi biar dapet posisi yang agak tinggi jadi bisa nengok ke luar jendela kiri, dan apa yang gue liat? 

Mahakarya.

Langit bersih jernih silau biru tanpa cacat, pasir putih bersih berkilauan dari jauh, dan gradasi warna laut dari biru muda-turqoise-biru-biru tua layaknya cat air merk Giotto. Sontak nyokap gue ngingetin gue, "Inget Ra, kalau liat yang indah-indah bilang apa?"

"Subhanallah.."

Dan dimulai dari tempat tertinggi tebing yang kami lewati, sampai turun dan tiba di Senggigi, capek gue, rasa mau semaput gue, ngantuk gue ilang.

Kami menginap di hotel yang terbilang murah, kalo ga salah namanya ada pondok-pondoknya gitu, jadi kamarnya itu terbuat dari anyaman aja, bener-bener sederhana dan tradisional. Pemiliknya adalah suami isteri dari Bali yang pada waktu itu juga udah relatif tua dan tinggal di hotel itu juga. Namanya Pak Ketut.

Sejak tau hotel itu juga, ke Senggigi berikutnya waktu bawa tamu dari Jerman pun kami nginep disitu. Ga ada tv, ga ada kolam renang, cuma ada pondok-pondok dan halaman yang luas dan pantai yang indah.

Sampe sekarang, gue belom nemu pantai lain yang pemandangannya seindah itu. Mungkin ada, tapi belom nemu aja. Dan tiap denger Senggigi gue selalu jadi inget masa kecil gue, dan yang terlintas di pikiran gue adalah:

Cantik dan indah itu adalah sederhana kayak senggigi, gak harus ditunjukkan, karena kalau memang indah lalu dipamerkan, cantikmu gak lagi eksklusif..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar