Sabtu, 29 Juni 2013

ein schönes Mädchen

Selamat siang di hari sabtu. 

Dsini saya menulis atas nama Rara, bukan atas nama Rinjani ataupun Birawa. Mungkin teman-teman sudah sering mendengar istilah "kepo" dan sejenisnya. Ya, saya melakukannya. 

Terus terang, saya memiliki tingkat rasa penasaran yang sangat rendah. Namun tentu saja, ada beberapa waktu yang membuat saya menjadi begitu penasaran terhadap sesuatu.

Aku akan menceritakan tentang seorang gadis, yang menurut pandangan saya sangat-sangat cantik. Mungkin terdengar berlebihan, tapi memang benar, dia cantik sekali. Tanpa, maupun dengan hijab. Dan kini ia menggunakan hijab. 

Siapa dia?
Tidak perlu tau dia siapa. Bahkan saya sendiripun tidak mengenalnya.Saya "menemukannya" di salah satu jejaring sosial dari salah seorang teman dekat saya. Pertama kali saya melihat dia, seperti yang tadi saya katakan. Cantik. Manis. Saya mulai membuka foto2 gadis ini. Kesan kedua, tidak ada satu pose pun yang membuat dia terlihat tidak cantik. Anggun sekali dan sopan.

Kenapa kamu sampai begitu penasarannya?
Karena teman dekat saya ini (tidak perlu disebut nama) benar2 jatuh cinta pada gadis ini. Saya diminta pendapat oleh teman saya, bagaimana penilaian saya terhadap mahasiswi mahacantik tersebut. Tutur katanya santun. Foto2nya santun. Ramah. Semua nampak jelas di jejaring sosial miliknya meskipun saya tidak mengenalnya.

Lalu apa istimewanya selain parasnya?
Karena aku terlarut didalam tulisannya. Aku menyukai gadis ini beserta tulisan yang ia buat. Kadang sederhana, kadang rumit, nyaman dibaca, menarik, dan memberikanku inspirasi. Tidak kaku. Itu yang terpenting. Dibalik paras model yang ia balut dengan hijab, ia menceritakan bagaimana kadang hidup ini tidak sesuai yang kita harapkan, dan bagaimana kita harus menghadapinya, bersabar, atau meminta kepada Allah SWT. Ia kutipkan ayat-ayat Qur'an, ia kaitkan dengan renyahnya cerita kehidupan ia. Manis sekali.

Tentu saja, jika teman saya jatuh hati dengannya. Tentu saja, ia tidak menyerah untuk gadis ini. Tentu saja, karena perempuan ini memberikan banyak hal baik bagi dirinya. 

Ada yang mengatakan bahwa setiap pertemuan kita dengan oranglain akan memberikan kita pelajaran berharga. Dan ternyata tidak hanya pertemuan, namun tiap 'pengetahuan' kita terhadap seseorang, akan memberikan banyak pelajaran.

Karena kebaikan kita, kita pantas mendapatkan yang baik. Dan jika kita tidak baik, maka berusahalah untuk menjadi yang baik, agar Allah tidak enggan memberikan kita yang terbaik dimata kita dan Allah SWT.

Tenang saja, apapun itu, asalkan mendatangkan kebaikan, asalkan kita ikhlas, dan tidak mudah putus asa, Allah akan memberikan reward terbaik untuk kita :)

Rabu, 05 Juni 2013

Meneguk Kopi

Hai sore, hai cahaya senja, hai angin sepoi-sepoi..

Bagi kamu yang ingin membaca tulisan kali ini, saya minta kalian tidak keberatan untuk sambil mendengarkan lagu Payung Teduh, Berdua Saja.. Setelah di buffer, silakan putar, dengarkan, bacakan, dan rasakan..

link:
payung teduh - berdua saja

*sepenggal lirik Berdua Saja, oleh Payung Teduh*
"Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata ketika kita berdua.. 
Hanya aku yang bisa bertanya, mungkinkah kau tahu jawabnya...?"

Meneguk Kopi

Sore hadir menggantikan sibuknya pagi,
teriknya siang,
dan mengantarkan matahari kepada pekatnya malam.


Aku memandang keluar jendela yang sengaja ku buka.

Memandang langit keemasan, menonton tarian daun diujung ranting-ranting yang menggenggam.
Mendengarkan nyanyian sunyi angin
Segenggam desir pembangkit khayal..

Tapi aku berpikir...

"Ada yang kurang.."

Maka aku terduduk.

"Ya, dimana secangkir kopi? Sang kekasih sore itu?"

Ah, kopi lagi..

Kuputuskan untuk membuatnya.
Menggantikanmu yang tak mungkin hadir.


Secangkir kopi.

Hanya satu cangkir, cukup.
Seperti hanya perlu satu kamu.

kamu seperti secangkir kopi
Banyak rasa ditiap teguknya.

Tentu saja, tidak bisa terlalu banyak, karena akan membuat jantungku berdebar.
Seperti jika aku terlalu lama bersamamu.
Tapi tidak bisa tidak kuteguk.
Seperti aku yang tidak bisa tidak melihatmu.


Kopi...

Tiap indra menangkapnya.
Aromanya mengusik hidung.

Tegukkan pertama, pahit. Ya, memang.
Maka jangan langsung ditelan.
Rasakan dulu sementara dalam mulut.


Tak beda dengan pertemuan kita dulu.

Pertama kali pahit. Sangat pahit. 
Tapi setelah waktu memperlama pertemuan itu, ternyata ada rasa manis didalamnya. 


Karena sesendok gula dalam kopi itu mulai terasa. Secangkir kopi.
Sesederhana itu.

Mata ini pekat melihatnya.
Sepekat pertama kali sedih karenamu.

"Bagaimana jika kutuangkan susu?"

Ya, susu sempurna.
Harum gurihnya memadukan kesempurnaan.


Aku-jatuh-hati.

Aku jatuh hati.

Seperti susu yang terjatuh dalam larutan hitam kopi.

Kecewa?
Tidak..

Toh susu dapat membuat kepekatan kopi berkurang.
Memberikan rasa baru, meskipun jelas, tidak semua orang menyuakinya.

Ah, lalu kenapa??

Sudahlah, 
kopi ini telah jadi.

Tak terasa langit sore kian menjadi emas.


Selamat menikmati sore.

Kini aku siap mengantarkan kepergian sore,
untuk menjemput malam.

Dengan secangkir kopi, sesendok gula, dan susu.

(from We Heart It)


Selamat tinggal
:)


Rarafatima
@magicalofrara