Kamis, 30 Mei 2013

Maaf. Tangis. Marah. Tuhan

Tuhan, maafkan aku karena aku tidak mampu membendung rasa. 
Sekali ini saja, izinkan aku menangis karena hal seperti ini. 
Izinkan aku meruntuhkan dinding-dinding pertahananku yang esok pasti akan ku bangun ulang. 
Sekali ini saja. 
Karena mungkin..
Mungkin esok sudah akan berbeda. 
Izinkan aku menjadi manusia, manusia yang bisa menangisi sesuatu yang hilang.

Tuhan, maafkan aku karena melanggar janjiku untuk selalu kuat. 
Aku tidak bisa, Tuhan..  
Tidak tanpa aku mengadu pada Mu.

Aku marah, Tuhan.. 
Sayatan ini terlalu tidak wajar. 
Dan ini tidak adil.  
Semua buram.  
Kenapa, Tuhan?  
Kenapa aku ragu?  
Kenapa aku bertanya? 
Kenapa aku percaya? 
Kenapa aku harus ragu, bertanya kemudian percaya!!!


Aku sakit, Tuhan. 
Hanya engkau yang bisa menyembuhkan ini. 
Sakit ini. 
Sakit yang tidak ada satupun orang tau, hanya Kau. 
Dan aku marah atas sakit ini.

Izinkan aku tenggelam hari ini. 
Akan kudengarkan tiap deburan ombak yang berasal dari jiwaku. 
Jiwa yang kemarin telah terbenteng rapat. 
Kemudian angkatlah aku. 
Angkat aku kembali ke udara. 
Merasakan sunyinya angkasa Mu.. 
Biarkan angin mengombang ambingkan kepingan luka ini.
Dan jangan kembalikan aku ke darat. 
Darat terlalu keras untukku. 
Biarkan dulu ini semua ini mengering.  
Aku tidak mau terbentur lagi. 
Tidak, Tuhan.. 
Aku memohon pada Mu.

Namun begitu, aku tetap meminta ini pada Mu.. 
Tuhan, tolong rangkul ia.. 
Karena tangan dan doaku tak akan mampu melakukannya. 
Jaga ia, karena Engkau satu-satunya yang bisa, bukan aku. 
Tuhan, tolong dengarkan ia.. 
Karena aku tidaklah pantas mendengarkannya.

Dan Tuhan, hingga nanti tengah malam, dengarkan tangisanku ini..

-Rinjani A. Tunggadewi, 5 Desember 2012

-rarafatima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar