Jumat, 11 Juli 2014

Si Yang Tidak Tau Apa-Apa

Sekali lagi aku buka tabir ini, membiarkan sekali lagi angin membisikkan nasihat petuah yang selalu ku sangkal.Meski setelahnya aku menyesal mengizinkan dia membawa kisahku ke dalam malam. "Lagi..." Kukatakan pada diriku. Biar sekali lagi aku tutup jendela berkusen kayu renta ini. Oranglain takut pada sepi, aku justru mencari. Saya lelah mencari yang ikhlas karena mereka tidak pernah ada. Hanya sepi yang ikhlas. Satu persatu janji diucap. Sekali lagi mereka berkata sahabat, tapi lalu tenggelam begitu saja. Ini sahabat saya. Tanpa perlu kalian lihat, tapi ia nyata. Sekali lagi aku menatap daun terbawa angin. "Ah, korban baru." kataku mencemooh. Jangan datang padaku ketika angin kemudian menghempasmu jatuh ke jurang. Saya tidak akan kasihan. Saya orang jahat. Saya menipu mu. Saya mengajaramu melihat keindahan? Itu hanya omong kosong. Yang saya lakukan adalah mencegah air matamu jatuh dengan memaksa diri menatap keatas. Tapi kamu tidak paham. Kamu justru menikmati keindahan fana, lalu pergi, lalu kamu tersesat dalam kesenangan dan lupa aku yang dibelakangmu.Aku mengajarimu bersenandung? Bodoh. Aku tidak pernah melakukan kebodohan seperti itu. Aku hanya tidak mau mendengar suaramu bergetar karena hatimu terluka. Aku hanya mengalihkan, bukan mengajarkan. Tapi kamu tidak paham. Kamu justru berkawan dengan angin tolol itu, seolah ia mengiringi senandungmu, dan sekarang tidak lagi mendengar aku memanggilmu.Kamu merasa aku mengajarimu bersenang-senang? Kenapa kamu bisa berpikir demikian? Seumur kita saling tau, aku tidak pernah berharap kamu senang, atau aku senang. Aku hanya membiasakan kita untuk berpura-pura. Karena manusia jatuh cinta pada kepura-puraan.Tapi ternyata kamu kini larut dalam kesenangan itu. Yang tentu saja kamu tau benar, itu tidak akan abadi.Maaf telah menjadi orang yang jahat.Tugasku menjahatimu telah selesai. Tidak perlu menengok lagi, karena aku tidak akan pernah ada di belakang kamu. Aku akan selalu berada jauh di depan kamu. Suatu hari nanti kamu akan tertatih menyesal. Menyesal karena semudah itu kamu membagi dunia denganku, lalu membentuk dunia barumu sendiri, dengan gayaku. Kamu mencuri gaya ku, yang tidak akan pernah sesuai dengan dirimu.